Tuesday, December 21, 2010

SIAPA BAKAL CALON MEWAKILI SUKUBANGSA IRANUN PADA PRU-13 DALAM FORMULA TOLERANSI 2:1:1?


Sekadar Gambar Hiasan.
Jika pemimpin itu diumpamakan sebagai seorang nakhoda kapal, maka ia dituntut kemampuan untuk mengarahkan kapal dan sekaligus menyatukan seluruh anak buahnya. Dapat dibayangkan apa yang bakal terjadi jika seorang nakhoda kapal kehilangan arah, tidak tahu ke mana kapalnya akan diarahkan. Maka yang terjadi, adalah kapal akan terombang ambing tanpa arah. Kapal akan bergerak tetapi gerakannya tidak jelas, bahkan bisa boleh jadi pada fikirannya sudah pergi jauh, ternyata justru kembali ke tempat semula. Malahan yang lebih memilukan jika sehinggakan sanggup menjual kapalnya sendiri dengan alasan ingin menukar kapal yang lebih besar, hakikatnya  anak buah ditinggalkan dan terpaksa berenang sendirian meredah samudera.
Begitu pula seorang pemimpin, harus mengetahui posisi dan sekaligus tahu akan digerakkan ke mana masyarakat yang sedang dipimpinnya. Mendapatkan orang yang memiliki kemampuan seperti ini ternyata juga tidak mudah kerana menjadi pemimpin kepada masyarakat tidak semudah menjadi pemimpin kepada parti politik. Ramai pemimpin di pelbagai level ternyata tidak tahu apa yang sesungguhnya dikehendaki oleh kelompok atau masyarakat yang dipimpinnya. Untuk menghindari akan terjadinya keputusan seperti itu, maka bakal calon pada PRU-13, sebelum dipilih oleh yang berhak mencalonkan, pertimbangan sewajarnya harus dilakukan sedalam-dalamnya, demi memilih pemimpin yang mempunyai visi dan misi serta matlamat perjuangan yang menguntungkan masyarakat.
Keadaan seperti inilah berakibat bahawa mendapatkan yang benar-benar capable dan memiliki trust yang tinggi pada implementasi yang sulit dilakukan. Suasana buruk dalam proses recruitment/ recycling kepimpinan itu menjadikan pemenangnya adalah orang-orang yang memiliki dukungan politik yang kuat, hubungan-hubungan cultural dan bahkan tanpa malu-malu dikatakan, adalah orang yang sebatas hanya bermodalkan dana besar. Oleh kerana itu tidak aneh jika sementara orang menyatakan bahawa modal mendapatkan kekuasaan selama ini bukan kejujuran, kearifan dan sifat-sifat terpuji lainnya, melainkan wang. Siapapun yang memiliki wang, maka mereka itulah yang akan berkuasa.
Kembali kepada perkara pokok topik perbincangan “Siapa bakal calon yang akan mewakili sukubangsa Iranun di Kota Belud mengikut Formula Toleransi 2:1:1?? Cakap-cakap diluar kedengaran tentang siapa bakal YB sukubangsa Iranun dalam parti BN selepas PRU-13. Terdapat andaian bahawa akan kekal disandang oleh pemimpin dari muka lama/veteran. Tetapi senario politik kini tidak lagi seperti mana diambang PRU-10 dan PRU-11 bahkan lebih mencabar berbanding PRU-12. Pertembungan arus bakal mewujudkan sesuatu yang diluar jangka....mungkinkah ada benarnya muka baru seperti mana yang sering menjadi topik perbualan di kedai-kedai kopi akhir-akhir ini. Namun belum dapat dipastikan sejauh manakah kebenarannya, jika ini berlaku mestinya satu perubahan telah berlaku khasnya dalam mentaliti politik sukubangsa Iranun daripada hanya melihat siapa pemimpin yang memimpin kepada kelompok yang ingin melihat sejauh manakah pemimpin tersebut menyumbang kepada masyarakat yang dipimpinnya. Namun demikian setiap keputusan ada pro dan kontranya...tidak kurang yang meragui keupayaan muka baru dari kalangan pemimpin pelapis khasnya penyokong kuat saf kepimpinan lama. Akan tetapi harus diingat bahawa pembangunan, kemajuan sesebuah masyarakat tidak bisa dibina dengan air liur semata-semata hanya melalui keupayaan berbahas atau berhujah.
Manmohan Singh, Perdana Menteri India yang sememangnya dikenali ramai sebagai pemimpin yang ucapannya boleh membuatkan pendengarnya tertidur. Ucapan beliau bukanlah berapi-api yang membakar jiwa setiap yang mendengarnya ataupun membangkitkan emosi untuk menarik perhatian dan membina pengaruh. Ianya juga adalah satu kelemahan yang boleh dimanipulasikan oleh pihak lawan terutama pemimpin lawan yang bijak berhujah membina imej elegan dan berkarisma di mata rakyat. Tetapi itu bukan masalah bagi Perdana Menteri negara kedua paling ramai penduduk di dunia ini membina perubahan. Apa yang dilakukannya lebih penting dari apa yang dikatakannya. Perubahan ekonomi yang radikal serta polisi memelihara kesejahteraan golongan miskin telah memberikan kehidupan yang lebih baik kepada beratus-ratus juta rakyatnya.
Satu lagi contoh klasik dalam kepimpinan antarabangsa adalah bekas cansellor Jerman, Helmurt Kohl yang berjaya menyatukan hubungan Timur dan Barat negara itu yang terpisah sebelumnya. Pada 1980-an Kohl menjadi bahan jenaka oleh rakyatnya sebagai pemimpin yang tidak pandai berucap dan sering tergagap-gagap. Tetapi apabila satu demi satu pemimpin Jerman yang pada awalnya kelihatan elegan mula gentar dan menyepikan diri ketika keruntuhan Tembok Berlin pada tahun 1989, ketegasan Kohl telah menyatukan dua wilayah tersebut dalam masa hanya satu tahun. Ini semua berkat wawasannya yang jelas.
Apabila pemimpin dan rakyat bekerja menuju ke arah satu arah yang sama, hasilnya pasti hebat untuk mereka. Wawasan perlu dikongsikan bersama. Apabila wawasan dikongsikan bersama, keseluruhan individu dan kelompok yang dipimpinnya akan bergerak bersama.

Dipetik dari kitab2 lama....

Wednesday, December 15, 2010

Belajar Dari Sebatang Pencil

Untuk menjadi besar maka kita harus belajar dari hal-hal kecil. Terkadang dunia di sekitar kita memberi banyak makna untuk kita jadi sebagai tempat belajar untuk memaknai hidup dan kehidupan.

Pencil, sering sekali kita lihat dan gunakan. Pada umumnya pencil kita gunakan untuk menulis dan melakarkan sesuatu. Melakar maupun menulis dengan menggunakan pencil ada keuntungan tersendiri dibanding dengan pen, kerena apabila ada kesalahan maka dengan mudah kita dapat menghapus goresan yang telah kita buat pada kertas.

Disamping itu, pencil juga mempnyai makna tersendiri, seperti apa yang di ceritakan dibawah ini :

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat. 
"Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?" Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, "Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai." "Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi. 

Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. "Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu. Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua bergantung bagaimana kamu melihat pensil ini." "Pensil ini mempunyai 5 kualiti yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini." Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualiti dari sebuah pensil. 

"Kualiti pertama, pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebatang pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya". 

"Kualiti kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, kerana merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik". 

"Kualiti ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar".

"Kualiti keempat, bahagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bahagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyedari hal-hal di dalam dirimu". 

"Kualiti kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sedar walau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah berhati-hati dan sedar terhadap semua tindakanmu".
Dipetik dari Kitab2 Lama...

Friday, December 10, 2010

RESIKO HIDUP HARUS DIHADAPI.

Resiko Hidup seperti apa yang harus kita hadapi? Kenapa kata Resiko Hidup begitu mengerikan bagi kalangan tertentu. Sebab sebuah kondisi hidup yang mengandung resiko, di dalam fikiran sebagian orang, itu adalah kondisi yang sangat mengerikan. Resiko Hidup tersebut bisa mengakibatkan malapetaka yang teramat hebat bagi kelangsungan hidup selanjutnya.

Padahal sebenarnya hidup ini senantiasa dilingkari oleh segenap resiko. Hanya saja selama ini sebagian orang tidak menyadarinya. Karena dimata mereka, resiko hanyalah sebuah Situasi-Akibat. Situasi yang extrim, mengerikan dan perlu dijauhi, bahkan sejauh-jauhnya. Segitu menakutkannya resiko, sampai-sampai kata resiko identik dengan akibat fatal yang hanya bermakna negatif.

Banyak orang ingin merasakan kesenangan hidup dan menggapai kesuksesan. Namun enggan menerima segala resikonya. Baginya kesenangan hidup bisa diperoleh dengan berbagai cara, asal tidak mengandung resiko hidup yang mengerikan itu. Maka tak jarang mereka menggunakan cara-cara yang menyimpang. Sebagai fakta sosial, tindakan korup serta kejahatan sosial terus meningkat, meraja-lela dimana-mana. Rasa aman sudah menjadi barang langka sekarang ini. Suap-menyuap sudah membudaya dan menjadi aktifitas yang menyenangkan.

Kondisi seperti itu hanyalah sebagian kecil prespektif lain dari ketakutan seseorang untuk mengambil sebuah resiko hidup. Padahal jika di fikir-fikir, tindakan-tindakan menyimpang tersebut, mengandung resiko yang sangat luar biasa. Melebihi resiko hidup sesungguhnya, yang selama ini mereka takutkan. Korupsi, suap-menyuap, rampok, jembret dan lain sebagainya, resikonya hukuman penjara / hukuman mati bahkan pengasingan sosial. Kalaupun lolos, hidupnya tidak tentram, selalu gundah dan tidak teratur.

Namun kenapa toh jalur seperti itu tetap saja menjadi pilihan hidup. Cari kerja susah, makan susah, terpaksa dan lain-lain selalu menjadi alasan klasik yang melegalkan tindakannya. Hal ini tak lain berkaitan dengan penyakit atau virus mental yang telah membelenggu dirinya selama ini.

Didalam kehidupan ini sering sekali kita dihadapkan oleh berbagai pilihan hidup. Dan pilihan-pilihan tersebut terkadang membuat kita bingung, gentar, ragu-ragu yang semua itu sangat mempengaruhi masa depan kita.
Disinilah letak kekuatan diri seseorang. Kekuatan untuk memilih Ketika ia dihadapkan oleh beberapa pilihan. Mana pilihan yang paling ideal serta mampu kita lakukan.

Dalam situasi seperti itu, terkadang kita lupa tips menentukan jalan hidup. Saya, anda dan juga sebagian yang lainnya, masih terbiasa melihat unsur kesulitannya saja. Tidak melihat dari unsur kebaikannya.
Perumpamaannya seperti ini:

jika anda melihat sebuah gunung, anda tidak akan pernah tahu obyek apa yang berada dibalik gunung tersebut. karena pandangan anda terhalang oleh gunung.

Nah gunung itu adalah mental anda sedangkan obyek dibalik gunung itu adalah keinginan anda. karena selama ini anda selalu terhalang oleh mental anda, maka keinginan anda tidak akan pernah tercapai.

Selama ini Anda hanya melihat gunung yang tinggi dan sulit, bahkan sangat beresiko untuk di raih, anda tidak pernah melihat keinginan anda yang berada dibalik gunung itu.

Rekan-rekan, jika anda ingin menikmati kehidupan yang anda inginkan, maka resiko hidup mutlak anda hadapi. Jika anda tetap enggan menerima segala konsukuensi dari pilihan hidup anda, maka JANGAN menuntut banyak atas perubahan hidup yang ideal menurut ukuran anda.

Namun saya berharap artikel ini memberi dampak yang luar biasa bagi kemajuan mental siapa saja yang membacanya. Oleh karena itu, saya berteriak kepada anda! mari kita sama-sama, dakilah gunung itu! Mari kita raih obyek dibalik gunung itu. Sebab segala pilihan hidup yang sudah kita tetapkan, Tentu mengandung resiko yang setimpal. Namun dibalik keberanian kita menerima resiko itu, ada hadiah yang telah menanti kita. yaitu impian hidup yang sangat kita idam-idamkan.

Sunday, November 14, 2010

Tanpa Tajuk......


Pada dasarnya, pengaturan rakyat kini yang dilakukan oleh para pemimpin dapat dianalogikan dengan genggaman pasir. Kekuasaan politikus terhadap rakyat ibarat tangan yang menggenggam pasir. Apabila genggaman tangan terlalu kuat maka pasir akan berjatuhan melalui cela-cela jari. Semakin kuat genggaman tangan semakin banyak pasir yang berjatuhan. Namun jika genggaman tangan terlalu longgar, pasir pun akan luput dari genggaman tangan. Maka genggaman tangan harus sesuai dengan karakter pasir. Orang dapat menerima fenomena ini tanpa perlu mengetahui penjelasan ilmiahnya.

Sama halnya dengan genggaman pasir yang terlalu kuat, fenomena pemberontakan dan protes rakyat terhadap perilaku politikus yang tercermin dalam sebuah kebijakan seringkali tidak dapat diselesaikan oleh rumus-rumus yang disediakan oleh ilmu politik namun diselesaikan dengan berbekal pemahaman yang mendalam terhadap persoalan yang sedang dihadapi rakyat. Tidak ada ukuran yang sama untuk setiap genggaman tangan terhadap pasir. Begitu pula dengan cara penyelesaian terhadap persoalan rakyat. Tidak ada rumus generik yang murah dan siap pakai yang dapat digunakan untuk menyelesaikan setiap protes rakyat terhadap pemerintahan mahupun pemimpin sesuatu kaum. Setiap cara mahal harganya karena setiap masalah memiliki karakter masing-masing.

Namun kehendak masyarakat tidak mungkin tercapai jika tidak diwujudkan dalam agenda dan kerja politis meskipun di dalamnya terdapat beberapa perbedaan cara pandang antara politikus dan rakyat dalam memaknai kerja politis. Pertama, dalam kerja politis seorang politikus memandang rakyat sebagai objek bagi pelaksanaan agenda politis, baik sebagai objek observasi maupun sebagai objek evaluasi. Dalam konteks ini partisipasi rakyat diterima sejauh tidak mengganggu tujuan utama dari agenda politis tersebut. Sedangkan bagi rakyat, politikus merupakan pelaksana tuntutan yang berasal dari keperluan masyarakat. Kedua, bagi politisi, lingkungan permasyarakatan merupakan ‘teater’ bagi aktiviti politiknya yang memperlihatkan autority dan keupayaannya. Ketika seorang politikus telah berhasil mempengaruhi rakyat dengan tindakan maka sebuah permainan dan percaturan mula direncanakan. Sedangkan bagi rakyat, arena permainan politik para politikus adalah kehidupan realnya. Dalam perspektif ini masyarakat terlihat seperti tidak resisten, pasif dan marginal. Bahkan pada tahap tertentu wacana politikus tidak hanya mampu memarginalkan wacana rakyat namun juga dapat mereproduksi budaya dan memutarbalikan nilai-nilai, kebiasaan bahkan kebenaran yang kemudian menjadi wacana dominan. Keberhasilan politikus membentuk wacana dominan berimplikasi pada pembentukan kelompok-kelompok yang memperkuat posisinya terhadap rakyat. Kelompok-kelompok yang merupakan implikasi dari kerja politis tersebut akan bertransformasi menjadi sebuah kelas dominan yang mampu mengubah relasinya dengan rakyat. Relasi yang terjadi antara politikus dengan rakyat yang semula merupakan relasi antara individu menjadi relasi kekuasaan yang melahirkan legitimasi bagi  si politikus. Dengan bantuan kelompok dominan miliknya, politikus mampu memaksa rakyat untuk memberikan legitimasi terhadap tindakannya.



Persoalannya, ketika pertumbuhan ekonomi menjadi agenda utama apakah realisasi kerja politis harus mengabaikan kondisi sosial-politik rakyat? Sebagai kerangka dalam menentukan agenda dan kerja politik,  para pekerja politik dapat berangkat dari dua corak politik yang diistilahkan oleh Anthony Giddens dengan ‘politik emansipatorik’ dan ‘politik kehidupan’ (life politics). Politik emansipatorik bertujuan untuk ‘mengurangi atau menghapuskan eksploitasi, ketidaksamaan dan penindasan’; sedangkan life politics menekankan aktualisasi-diri, kepedulian moral dan eksistensial yang telah dipinggirkan oleh modernisasi.

Oleh karena itu keperluan menjadi agenda kerja politis merupakan aktiviti yang bertujuan untuk mengurangi atau menghapuskan eksploitasi, ketidaksamaan dan penindasan menuju aktualisasi-diri. Ertinya, agenda dan kerja politis selalu berorientasi pada peningkatan aktualisasi dan eksistensi rakyat di sesebuah masyarakat dalam lingkungan pimpinannya. Sebetulnya rakyat perlu menjadi subjek agenda dan kerja politis sehingga rakyatlah yang menentukan arah wacana maupun tindakan yang dilakukan oleh politikus. Andai Skenario ini adalah kenyataan maka ia menguntungkan rakyat dan politikus karena di satu sisi rakyat dapat manfaat lantaran kekuasaan politikus sedangkan di sisi lain politikus mendapatkan legitimasi kekuasaan sebagai investasi sosialnya.

Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang menjadi priority pembangunan mengandungi argumentasi untuk meningkatkan ekonomi rakyat. Namun peningkatan ekonomi rakyat tidak dapat tercapai apabila tidak terdapat peningkatan peranan sosial. Di negara ini, khasnya andai dikecilkan skopnya, di Kota Belud tanggungjawab sosial diasumsikan oleh rakyat sebagai ‘pemberian’ pemimpin bukan menjadi ‘kewajiban’ pemimpin atau sebaliknya menjadi hak bagi masyarakat. Jika tanggungjawab sosial tidak menjadi sebuah agenda politis maka segala upaya yang dilakukan pemerintah atas nama kesejahteraan rakyat hanya ‘slogan’ untuk menutupi kekuasaan pemerintah terhadap rakyat. Oleh karena itu, pemerintah adalah sebuah mekanisme untuk mendistribusi kekayaan, hak dan fasiliti.

Agenda politis untuk melaungkan demokrasi akhirnya hanya berhenti pada konsep dan tujuan-tujuan untuk melebarkan kekuasaan. Maka sudah saatnya pendemokrasian diturunkan dalam agenda yang memiliki manfaat untuk rakyat......
 Dipetik Daripada Kitab2 Lama.....

Wednesday, October 20, 2010

Cara Peguam

MOSTI sedang mencari angkasawan utk dihantar ke marikh. Walaubagaimanapun, mereka hanya boleh pergi sahaja, dan tidak akan pulang ke bumi.

Calon pertama, seorg engineer di tanya berapa banyak wang yg dia mahu."Sejuta" jawapnye "Saya nak sumbangkan utk anak-anak yatim."

Calon seterusnya adalah seorg doktor. Dia juga di tanya soalan yg serupa. Dia menjawap, dua juta ringgit. "Sejuta saya nak bagi kat family saya. Yg sejuta lagi saya nak derma utk buat research dan experiment."

Calon terakhir adalah seorg peguam. Bile ditanya berapa banyak yg dia mahukan, dia berbisik ke telinga panel temuduga, "3 juta ringgit."

"Kenapa lagi banyak dari yg lagi dua calon?" penemuduga bertanya.

Peguam itu menjawap, "Kamu bagi saya 3 juta. Saya bagi kamu sejuta, Sejuta saya amik. Kemudian yg sejuta lagi tu, kita guna utk hantar engineer tu ke marikh"

SEKADAR HIBURAN.

Tuesday, September 21, 2010

Kisah dua ekor katak yang jatuh ke dalam satu tempayan susu lembu segar. Dinding-dinding tempayan itu licin dan curam mankala susu lembu di dalamnya begitu dalam dan sejuk.

”Alamak bagaimana ni?” kata katak yang pertama. ”Ini takdir, tidak ada orang yang akan menolong kita. Selamat tinggal, sahabatku! Selamat tinggal dunia yang menyedihkan!” katanya lagi sambil menangis dan akhirnya dia pun tenggelam.

Tetapi, katak yang kedua itu terus mengayuhkan kakinya dan mula berenang. Sesekali dia berhenti bagi menyapu mukanya dan mengeringkan matanya yang penuh dengan susu itu.

”Biarlah aku berenang sekejap. Tidak ada gunanya sekiranya seekor lagi katak mati”.

Jadi, si katak pun terus berenang. Selama beberapa jam dia menendang dan berenang, tidak sekalipun dia mengeluh. Kayuhan kaki katak yang tidak berhenti-henti itu akhirnya membuatkan susu lembu di dalam tempayan itu menjadi keras. Selepas susu berubah menjadi mentega, katak itu pun melompat keluar daripada tempayan dan berjaya menyelamatkan dirinya.

Satu perkara yang membezakan dua ekor katak tadi adalah cara mereka melihat keadaan dunia di sekeliling mereka dan bagaimana mereka bertindak terhadap dugaan dan cabaran yang dihadapi.  

Sunday, September 5, 2010

Dilema Politik Malaysia - Katak Dalam Rumah Kaca


Dalam 2 bulan yang  lepas senario politik sedunia amat meriah dan menarik sekali. Di celah-celah dunia digemparkan dengan peristiwa ledakan gunung berapi di Iceland yang walaupun tidak mengorbankan satupun nyawa tetapi mendatangkan kemudaratan kepada alam sekitar serta menyebabkan ramai orang terkandas di banyak lapangan terbang seluruh dunia.

Sebagaimana menggelegaknya isi perut bumi dengan beberapa siri ledakan gunung berapi serta gempa bumi, begitu juga di atas permukaan bumi dengan berbagai-bagai peristiwa dan gelagat makhluk bernama manusia.
Peristiwa yang agak menarik berlaku di Britain dan Thailand, dua buah negara yang mengamalkan demokrasi dengan sistem Parlimen dan Raja Berperlembagaan yang boleh menjadi penunjuk kepada keadan kecelaruan politik di Malaysia.

Sebagaimana yang kita sedia maklum, sekarang ini peristiwa yang berlaku di seluruh dunia bagaikan berlaku di sebelah kita saja. Ini adalah berkat kehebatan ledakan era telekomunikasi serba canggih yang melapurkan pelbagai bentuk berita selama 24 jam sehari tanpa henti.

Seperti mana berputarnya bumi di atas paksinya begitulah juga peristiwa yang berlaku yang dilapurkan oleh media massa dan media lain termasuk internet, twitter, facebook, sms dan lain-lain.

Dalam banyak-banyak peristiwa yang dilapurkan ada beberapa peristiwa yang menarik perhatian kita yang boleh dijadikan panduan serta pengajaran kepada halatuju politik tanah air.

Pertama adalah mengenai pilihanraya Britain yang berlaku yang mendapat perhatian dunia terutama negara-negara 'Commonwealth' yang mana struktur politik masing-masing mendapat inspirasi darinya termasuk Malaysia.

Kerajaan campuran yang terbentuk antara Parti Konservatif pimpinan David Cameron yang memenangi pilihanraya tanpa mendapat majoriti mutlak, dengan Parti Liberal Demokrat pimpinan Nick Clegg iaitu parti yang mendapat tempat ketiga jauh di bawah Parti Buruh pimpinan bekas Perdana Menteri Gordon Brown.

Ini menunjukkan bahawa dalam sesuatu pilihanraya umum, keputusan yang diputuskankan oleh rakyat tidak semestinya memihak secara mutlak kepada parti politik pemerintah.

Apa pun boleh berlaku termasuk yang mengejutkan rakyat dan yang tidak disangka-sangka, tidak mustahil boleh berlaku.

Yang menarik perhatian adalah semua ini berlaku dalam suasana amat bertamadun, dengan perbincangan demi perbincangan, manipulasi serta percaturan politik dan semuanya menurut perlembagaan, undang-undang serta mendapat restu pehak istana Britain.

Dan yang lebih menarik lagi adalah terbentuknya sebuah kerajaan campuran antara dua parti yang sebelum ini memusuhi antara satu sama lain dengan ideologi yang jauh berbeza.

Kerajaan campuran ini adalah yang pertama semenjak perang dunia kedua yang tercatit di dalam sejarah politik moden.

Kedua-dua pemimpin ini sanggup mengenepikan berbezaan ideologi mereka demi kestabilan negara dan kemakmuran Britain. Dibuktikan bahawa kekuatan negara adalah lebih penting dari kekuatan parti dan peribadi, satu sifat unggul tetapi masih belum terbukti keampuhan dan ketahanannya lagi.

Tanpa mengambil masa yang lama, kuasa-kuasa besar dunia termasuk Amerika Syarikat dan China terus mengiktiraf kerajaan campuran yang baru terbentuk dan suasana seharian politik dunia terus berjalan seperti sedia kala.

Di sebelah Asia Tenggara pula lain jadinya. Sebuah kerajaan berparlimen dan Raja Berperlembagaan yang agar besar iaitu Thailand pula masih tidak dapat keluar dari kemelut politik mereka.

Secara ringkasnya, kekalutan ini bermula lebih empat tahun lalu apabila Taksin Shinawatra yang telah memenangi pilihanraya secara demokrasi telah digulingkan pada tahun 2006.

Penggulingan ini berlaku dengan kuasa tentera yang bergabung dengan kumpulan elit Thai (kumpulan baju kuning) yang bimbang akan pengaruh Taksin yang meningkat dengan mendadak dan polisinya yang banyak membantu orang-orang miskin dan petani Thai yang dilihat adalah sebagai perisai politik yang dibentuk oleh Taksin sendiri.

Ramai orang tahu bahawa Taksin yang merupakan seorang 'bilionair' boleh melakukan apa sahaja demi kekayaan peribadi termasuk menjual saham syarikat telekomunikasi Thailand kepada satu syarikat telekomunikasi Singapura.

Setelah melarikan diri selepas digulingkan, beliau dengan dibantu oleh konco-konco beliau di dalam negeri segera membentuk 'People Power Party' (PPP) yang telah menang besar pada pilihanraya tahun 2007.

Walaubagaimanapun Parti PPP telah di bubarkan apabila Mahkamah Agong Thai memutuskan ianya tidak mengikut perlembagaan.

Dengan keputusan itu Parlimen Thailand telah melantik pemimpin Parti Demokratik yang kalah pilihanraya iaitu Abhisit Vejjajiva sebagai Perdana Menteri.

Taksin yang masih tidak berpuas hati telah segera membentuk kumpulan baju merah dengan gabungan penyokong setianya dan rakyat miskin dan petani Thai.

Ada berita angin juga mengatakan bahawa pegawai rendah tentera Thai juga bersama-sama dalam kumpulan ini.

Tujuan utama kumpulan ini dibentuk adalah untuk memberi tekanan kepada kerajaan Abhisit yang dianggap, terbentuk tanpa mandat rakyat melalui pilihanraya.

Abhisit yang pada mulanya mahu berunding telah menunjukkan belangnya dengan mengarahkan askar bertindak keras terhadap kumpulan baju merah tersebut.

Dengan kekerasan dilawan kekerasan ada tanda-tanda bahawa satu perang saudara akan meletus jika tindakan tidak diambil untuk membawa kedua-dua kumpulan ini ke meja rundingan.

Kedua-dua peristiwa ini sengaja dibawa dan dibentangkan secara terperinci di sini untuk pembaca menilai, menimbang seterusnya mengambil apa jua pelajaran serta pengajaran akan apa yang boleh berlaku apabila kuasa politik tidak diseimbangkan dengan kuasa undi dari rakyat.

Di Malaysia selama sejak kemerdekaan sehingga beberapa tahun terdahulu kita telah menikmati satu keadaan agak tenteram, di mana kita telah ditadbir urus secara seimbang, adil dan progresif.

Parti Perikatan dengan diwakili oleh UMNO, MCA dan MIC telah memerintah agak lama sehingga tahun 60'an.

Kemudian dengan kemasukan parti-parti yang menyokong ideologinya dan dengan masuknya Sabah dan Sarawak untuk membentuk Malaysia maka terbentuklah parti Barisan Nasional.

Siapakah yang telah mendidik anak bangsa sehingga ke satu tahap di mana kita berada sekarang? Anak Malaysia telah sampai ke angkasa, juga telah mengelilingi dunia secara solo.

Kita juga telah sampai ke puncak gunung Everest. Kalau nak disenaraikan pencapaian kita satu persatu memang agak mustahil tetapi hakikatnya tiada siapa yang boleh menafikan dan tiada siapa jua yang boleh merampas hak kepada fakta yang 'sudah terang lagi bersuluh' ini tentang siapa yang bertanggungjawab memungkinkan ini semua boleh terjadi.

Masalah yang selalu timbul tanpa kita sedari ialah, biasanya dengan kemakmuran datangnya kemajuan dan dengan kemajuan datangnya kemewahan.

Selalunya dalam kemewahan manusia akan terlupa dan alpa asal usul mereka. Dan yang menyedihkan lagi adalah dengan kemewahan selalunya kita lupa diri dan keimanan akan menipis.

Sebab itulah kalau kita kaji sejarah kerajaan Islam, syiar Islam terbentuk dari jati diri dan keimanan yang utuh, semangat setiakawan yang erat, pembangunan ekonomi yang adil dan saksama penuh dengan kasih sayang dan keperihatinan, keadilan sosial yang ampuh dan yang palig penting sekali adalah asas kerajaan yang terbentuk dari nur Al-Quran dan petunjuk sunnah.

Apa yang boleh kita pelajari dari peristiwa di atas dan juga mungkin dari keadaan sosio-politik dan ekonomi negara kita Malaysia, kita lihat banyak kepincangan-kepincangan datang dari sifat-sifat penuh nafsu manusia tanpa kawalan iman dan akal.

Kemewahan yang membuat manusia menjadi tamak haloba, yang haram dan halal sudah disamarata dan dimajmukkan, sumber pendapatan sudah tidak di pastikan kebersihannya, zuriat keturunan yang sudah tidak dipedulikan kesuciannya dan kerajaan yang dipilih melalui emosi tidak terkawal, fitnah-memfitnah, rasuah politik, janji-janji manis tapi kosong sehingga boleh membawa kepada pergaduhan serta peperangan dan bunuh membunuh antara kaum, saudara dan seagama yang membawa malapetaka yang tidak ada kesudahannya.

Kalau dulu pepatah melayu ada mengatakan umpama 'katak bawah tempurung' tetapi dengan kecanggihan alat siar-raya, dengan internet berada di mana-mana dan sumber berita berterusan selama 24jam, pepatah sudah berubah menjadi 'seperti katak dalam rumah kaca'.

Tetapi katak tetap katak yang tidak peduli akan apa yang berlaku di persekitaran dia.

Sudahlah tidak peduli, malangnya dia juga tidak peka kepada apa jua yang berlaku di luar rumah sehingga apabila dilanda Tsunami barulah terkapai-kapai mencari ranting untuk berpaut. Takut waktu dan keadaan sudah amat meruncing sehingga tiada apa yang boleh dibuat untuk menyelamatkan dirinya.

Setiap kejadian itu, ada pengajaranNya. Maka sebaiknya kita, ambillah iktibar.
Oleh : Dr Rashid Mokti

Tuesday, August 31, 2010

Ikan Segar Dan Jerung.....

Menurut cerita yang pernah saya baca, orang-orang Jepun gemar memakan ikan segar. Tapi perairan di persisiran pantai negara Jepun tidak lagi mampu menampung keperluan ikan segar bagi penduduk Jepun yang semakin meningkat bilangannya. Jadi nelayan-nelayan Jepun terpaksa belayar jauh ke tengah lautan untuk menggandakan hasil tangkapan mereka. Semakin jauh mereka belayar semakin lama mereka mengambil masa untuk pulang. Dan sudah tentu ikan-ikan yang ditangkap tidak segar lagi ketika sampai di pantai. Orang-orang Jepun tidak suka rasa ikan yang tidak segar.


Untuk mengatasi masalah ini, syarikat-syarikat perkapalan nelayan Jepun menyediakan kotak ais di dalam kapal-kapal mereka. Ikan yang ditangkap disimpan di dalam kotak ais ini. Walaubagaimana pun orang-orang Jepun masih boleh membezakan di antara ikan segar dengan ikan yang dibekukan dan biasanya ikan yang dibekukan kurang mendapat sambutan.


Sekali lagi syarikat-syarikat perkapalan nelayan Jepun mencari jalan untuk mengatasi masalah tersebut. Kapal-kapal itu kemudiannya dilengkapkan pula dengan tangki ikan. Ikan yang ditangkap, dilepaskan hidup-hidup di dalam tangki ini. Namun selepas beberapa waktu berada di dalam tangki tersebut, ikan-ikan yang ditangkap tidak aktif bergerak. Ikan-ikan itu keletihan kerana terkurung dalam tangki yang terhad ruangnya (jika dibandingkan dengan lautan) tapi ikan-ikan itu masih lagi bernafas. Malang sekali, orang-orang Jepun yang mahir dengan rasa ikan masih dapat membezakan di antara ikan-ikan yang lepas bebas di lautan dengan ikan yang terkurung di dalam tangki. Ikan yang terkurung dalam tangki akan hilang kesegarannya. Orang-orang Jepun suka ikan yang aktif bergerak kerana isinya lebih sedap.

Jadi untuk mengatasi masalah ini, syarikat-syarikat perkapalan nelayan Jepun masih lagi menggunakan tangki tapi kali ini mereka letakkan seekor ikan jerung kecil di dalam tangki-tangki tersebut. Ikan jerung kecil cuma memakan sedikit daripada ikan-ikan yang ditangkap. Apa fungsinya ikan jerung kecil itu? Ia mengekalkan keaktifan ikan-ikan di dalam tangki tersebut kerana masing-masing berjuang dan berenang ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri dari dimakan oleh jerung kecil itu

Saturday, August 7, 2010

Generasi Muda Malaysia

Patah tumbuh hilang berganti. Generasi muda pewaris negeri.

Soal pewaris negara tidak wajar dipandang enteng. Kerana negara adalah salah satu daripada aset utama kehidupan. Negara adalah platform dimana kita berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan masyarakat dunia yang lain. Kita tidak mahu melihat anak bangsa kita hidup menumpang di tanah orang, ditindas, diabaikan, dinafikan, dianiaya. Itulah kepentingan sebuah negara kepada bangsa.

Tetapi wajar diingatkan bukan tanah negara sahaja yang diwarisi. Bahkan segala bentuk isi kandungnya juga diwarisi sepanjang zaman. Persoalannya apakah sebenarnya yang diwarisi? Apa yang jelas adalah pembangunan fizikal dan masyarakat majmuk.

Dari segi pembangunan fizikal, kita mewarisi pelbagai permasalahan fizikal. Isu alam sekitar yang parah, sungai tercemar, bukit ditarah, ekosistem terganggu. Isu pembangunan berpusat tanpa kawalan yang menyesakkan. Dari segi masyarakat majmuk, kita mewarisi permasalahan perpaduan. Perbezaan taraf hidup antara kaum membangkitkan rasa tidak senang. Ada yang meminta perlindungan, ada yang meminta berlebihan. Masalah sosial menjadi duri dalam daging kehidupan masyarakat. Bagaikan barah ia merebak dengan pantas sehingga ke masyarakat desa, metropolitan, seawal usia remaja sehingga ke tua. Ini adalah warisan peninggalan untuk generasi muda.

Dalam masa yang sama tidak dinafikan peninggalan berharga untuk diwariskan. Warisan ekosistem yang perlu dipelihara, pembangunan ekonomi yang perlu dijaga, kemakmuran rakyat jelata.

Jadi siapa generasi muda ini yang akan mewarisi segala kemewahan dan penyakit dalam negara ini?
>Kelab Wawasan UIAM

Wednesday, July 28, 2010

Perpaduan ummah bukan hanya isu politik

DISKUSI perpaduan ummah di negara kita pada kali ini harus berbeza daripada kebiasaannya sekiranya kita ingin melihat cita-citanya terjelma. Sejak mengikuti wacananya beberapa minggu yang lalu mengenai perkara ini, kita mendapati, ia seperti akan mengulangi kegagalan seperti sebelumnya. Ini disebabkan oleh dua faktor berikut:

Pertama, kita mendapati, tema perbincangan berkaitan agenda perpaduan ummah ini masih berkisar sekitar aspek penyatuan politik antara dua parti terbesar yang mewakili umat Melayu-Islam di negara ini iaitu UMNO dan PAS. Seperti yang kita sedia tahu, tema ini sudah kesekian kali dibahaskan dan ternyata tidak dapat direalisasikan.


Faktor kedua pula ialah kerana penonjolan matlamat bagi usaha perpaduan ini yang sering dirujuk bagi memastikan kuasa politik Melayu di negara ini terus kekal dan kebal. Matlamat ini murni, namun dari sudut berlainan, ia sebenarnya sudah tidak lagi sejajar dengan perkembangan struktur nilai dan budaya baru yang tumbuh dalam negara sejak beberapa dekad terakhir ini.

Pada saya, sekiranya kita ingin melihat agenda perpaduan ummah di negara ini dapat benar-benar dijayakan, maka ia harus memenuhi beberapa prasyarat berikut:
Pertama, agenda perpaduan ummah ini harus merentasi dua parti politik terbesar UMNO dan PAS ini. Sekiranya kita masih terikat dengan dua pertubuhan ini dan menganggap bahawa perpaduan kedua parti ini akan membawa kepada perpaduan ummah seluruhnya, maka ini bererti kerangka pemikiran kita tidak sejajar dengan pertumbuhan struktur sosio-politik di negara kita mutakhir ini.

Apakah asas kepada penyataan ini? Asasnya ialah, secara hakikatnya, kedua-dua pertubuhan politik UMNO dan PAS cuma mewakili sebahagian daripada aspirasi umat Islam di negara ini dari sudut politik. Harus diakui iaitu, kedua-dua pertubuhan ini kini hanya antara pilihan yang ada bagi umat Islam menyatakan cita-cita dan hasrat politik mereka.

Ada beberapa lagi pertubuhan politik yang dianggotai oleh sebahagian besar juga umat Islam secara sah di negara ini yang tidak boleh sama sekali dikesampingkan di dalam konteks perbicaraan berhubung agenda perpaduan ummah.

Dalam keadaan sama, kita juga harus menyedari iaitu proses pembangunan ummah di negara ini kini tidak hanya lagi disumbangkan menerusi saluran politik saja. Mutakhir ini, elemen masyarakat madani atau pertubuhan sivil sudah menyumbang secara berkesan terhadap pembangunan ummah. Pertubuhan masyarakat madani ini tumbuh di dalam pelbagai bidang dan pengkhususan sama ada berorientasi agama, sosial dan ekonomi, sudah mengambil daya usaha tinggi menjayakan pembangunan ummah pada peringkat akar umbi.

Dalam hubungan ini, aspek politik kini hanya menjadi sebahagian daripada keseluruhan unsur yang pelbagai di dalam struktur ummah di negara kita hari ini. Rentetan itu, kita juga perlu mengambil kira sumbangan dan peranan dewan perniagaan, yayasan malah syarikat yang dipimpin oleh warga umat Islam yang juga mempunyai pengaruhnya dan kekuatannya yang tersendiri di dalam konteks pembangunan ummah seluruhnya.

Dalam erti kata lain, struktur sosio-politik umat Islam di negara ini kini sudah begitu dinamik dan rencam. Seluruh unsur saling berkait dan berperanan di dalam mewakili dan menjayakan agenda ummah. Tidak ada mana-mana unsur ini yang memonopoli yang lain kerana semuanya berada dalam suasana hidup bersifat organik yang saling di dalam keadaan memerlukan.

Inilah antara asas berfikir secara keseluruhan yang harus menjadi aspek penting untuk diperhalusi sekiranya usaha menggerakkan perpaduan ummah ini ingin dijayakan.

Dalam maksud lain, sekiranya kita ingin melihat agenda perpaduan ummah ini dapat direalisasikan, maka ia harus merentasi sempadan dua politik terbesar UMNO dan PAS.

Agenda perpaduan ummah ini harus bersifat menyeluruh dengan membabitkan seluruh sektor kehidupan ummah masa kini meliputi unsur ekonomi, sosial dan budaya. Agenda perpaduan tidak harus hanya tertumpu kepada aspek penyatuan politik semata-mata.

Antara perkara lain yang juga perlu diperhalusi semula ialah berkaitan matlamat akhir bagi usaha perpaduan ummah ini. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, matlamat yang ditonjolkan ialah berkaitan kepentingan bagi memastikan kuasa politik Melayu sentiasa terpelihara. Seperti disebutkan, walaupun cita-cita ini murni, pada pandangan saya, penghuraiannya harus lebih meluas dan teliti.

Matlamat utama agenda perpaduan ummah ini harus tertumpu kepada cita-cita bagi membina kekuatan umat Islam di dalam memastikan ketahanan negara Malaysia mendepani cabaran sezaman. Menerusi kaca mata ini, agenda perpaduan ummah ialah satu bentuk daya usaha umat Islam bermatlamat untuk mengukuhkan kedudukan mereka dari pelbagai aspek kehidupan meliputi  seperti keilmuan, kebudayaan, ekonomi, keutuhan sosial dan politik.

Selaku kelompok tonggak, kekuatan umat Islam dari pelbagai sudut akan menyumbang secara langsung terhadap pembangunan keupayaan dan kualiti kepemimpinan Malaysia di pentas nasional dan antarabangsa.
Kita yakin perluasan huraian mengenai matlamat dan cita-cita perpaduan ummah ini mustahak sekali. Kejelasan dan dinamika matlamat ini mampu menarik penyertaan yang menyeluruh segenap unsur dari struktur kehidupan umat Islam semasa ke arah menjayakannya.

Perluasan huraian matlamat ini juga boleh mendorong kepada suatu perbahasan yang sihat dan produktif mengenainya dari segenap peringkat masyarakat. Sekiranya agenda perpaduan ini dipandang prejudis dan ditanggap mempunyai tujuan tersirat oleh mana-mana pihak, maka ia tentu tidak akan mencapai kejayaan.
Apatah lagi sekiranya agenda perpaduan ummah ini dilihat mempunyai tujuan dan kepentingan politik tersendiri oleh mana-mana pertubuhan atau kumpulan masyarakat.

Inilah antara beberapa aspek penting yang perlu terlebih dulu diperdebatkan dalam media arus perdana berhubung agenda perpaduan ummah yang kini semakin subur diwacanakan.

 Diskusi berkaitan aspek ruang lingkup dan cita-cita murni daripada agenda perpaduan ummah ini adalah asas pemikiran awal yang harus digiatkan kerana ia boleh menyumbang kepada mewujudkan sebuah persekitaran yang sihat ke arah penterjemahannya.
Dipetik dari: http://razak.wordpress.com/2010/07/21/perpaduan-ummah-bukan-hanya-isu-politik

Saturday, July 3, 2010

Dipimpin Dan Memimpin

Perihal kepimpinan tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Secara semula jadinya manusia diciptakan untuk hidup secara berkelompok atau bermasyarakat. Seorang yang lebih gemar hidup seorang diri di tengah-tengah hutan pasti dianggap tidak normal kerana ia memang bertentangan dengan fitrah dan kesemulajadian manusia.

Fitrah manusia yang hidup secara bermasyarakat inilah menjadi pendorong utama bagi manusia untuk memilih pemimpin yang akan membantu membuat keputusan yang akan diterima oleh semua ahli masyarakat yang ada. Ketika taraf kehidupan manusia berkembang, manusia semakin bertamadun, kelompok-kelompok manusia semakin banyak dan semakin beragam. Hampir setiap cabang aspek kehidupan mempunyai tuntutan untuk berkelompok.

Hari ini dimana mula bermunculan negara-negara yang mengakui sebagai negara maju, kelompok-kelompok manusia berkembang semakin pesat. Mereka bahkan mengorganisir pertumbuhan kelompok-kelompok dan menetapkan apa yang akan diperjuangkan dan dijalankan oleh masing-masing kelompok. Tidak hanya itu kelompok-kelompok mula dibentuk di dalam pelbagai bentuk yang berbeza. Mereka yang gilakan seni mula mencipta kelompok mereka masing-masing sesuai dengan aliran mereka. Jutaan kelompok mula bermunculan pada kehidupan hari ini.

Melihat dari sisi ini, jelas keperluan akan kepemimpinan dan kemustahilan untuk lari daripadanya. Seorang bahkan mungkin menjadi pimpinan disuatu kelompok dan menjadi orang yang dipimpinan di dalam kelompok yang lain.

Sebuah team bola sepak memilih pimpinannya sesuai dengan kreteria yang dapat membuatkan team itu gagah dengan keberadaannya. Kelayakan paling rendah adalah mampu bermain bola dengan baik. Ini kerana pemimpin sebuah tim diharapkan dapat membawa team tersebut untuk mencapai apa yang mereka kehendaki. Peranan pemimpin team itu adalah sangat besar, apa lagi ketika anggota-anggota team memerlukan semangat ketika menghadapi masalah. Pemimpin harus tanggap dan mampu membaca situasi lalu membuat keputusan. Ketika saat terdesar pemimpin team diharapkan segera bertindak dengan mengganti strategi atau menyusun taktik bertahan. Belum lagi jika ada anggota tim yang tiba-tiba panas dan mula bergaduh. Pemimpin team perlu pantas mengambil langkah sama ada gagah membela anggotanya dan menghentam lawan atau meleraikan suasana dan menenangkan anggota yang bersangkutan itu. Itu kelompok kecil sebuah team bola sepak.

Secara rasionalnya, semakin besar kelompok itu, semakin luas bidang gerak dan fokus sasaran suatu kelompok semakin berat tanggung jawab yang bakal dipikul pemimpinnya. Wawasan pemimpinnya juga perlu semakin luas demi menjamin perkembangan yang sehat dan pesat serta kelangsungan survival kelompok tersebut.

Perkara yang tidak kalah pentingnya adalah imej. Pemimpin dalam sedar atau pun tidak mereka merupakan public figure yang akan diberi perhatian oleh ramai pihak. Pergerakkan, pakaian, tingkah laku, gaya, cara bercakap bahkan cara mengedip mata sekali pun akan diperhatikan. Tentunya sebahagian akan mencela dan sebahagian lagi akan memuji. Tidak kalah pasti ada yang akan meniru dan mengagumi.

Secara luaran saja kita dapat melihat betapa besar tanggung jawab dan beban yang ditanggung seorang pemimpin. Belum lagi jika dia merupakan pemimpin sebuah daerah, negeri atau negara contohnya. Urusan yang tidak kelihatan tentunya lebih berat dari yang nampak didepan mata. Tidak kalah hebatnya pemimpin gerakkan. Gerakkan pembaharuan yang ingin mendatangkan sebuah perubahan entah itu berubahan fizikal mahupun perubahan konseptual atau perubahan-perubahan lainnya.

Menyedari hakikat amanat yang perlu ditanggu, rela atau pun tidak, suka atau pun sebaliknya, perjuangan tetap perlu diteruskan. Memperjuangkan sesuatu sebenarnya bukanlah semata-mata demi perjuangan itu sendiri. Ia hanya pilihan diri dan demi kebaikan diri sendiri. Jika bukan kita yang memperjuangkan sesuatu yang hak dan benar, orang lain bakal melakukan perjuangan tersebut. Cepat atau lambat, sekarang atau nanti itu bukan urusan kita. Jika kita melakukan perjuangan itu kitalah yang merasakan kenikmatan bila apa yang diperjuangakan itu tercapai. Kenikmatan dan kepuasan atas usaha dan titik peluh adalah suatu yang sangat berharga.

Itu fakta. Perkara paling utama dalam memimpin adalah memberi. Entah apa saja bentuk pemberian itu yang jelas ia harus berupa pemberian. Memberi idea, tenaga, semangat, harapan, keselamatan atau apa-apa saja yang perlu diberi. Apa yang aku miliki untuk aku beri? Belum terjawab.
 Dipetik dari kitab2 lama.......

Friday, June 25, 2010

JANGANLAH KITA SELALU MENGELUH KERANA.....

KITA BERTANYA : KENAPA AKU DIUJI?
QURAN MENJAWAB

"Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," ("I am full of faith to Allah") sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan, sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta."
-Surah Al-Ankabut ayat 2-3

KITA BERTANYA : KENAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN?
QURAN MENJAWAB

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."
- Surah Al-Baqarah ayat 216

KITA BERTANYA : KENAPA UJIAN SEBERAT INI?
QURAN MENJAWAB

"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya. "
- Surah Al-Baqarah ayat 286

KITA BERTANYA : KENAPA RASA FRUST?
QURAN MENJAWAB

"Jgnlah kamu bersikap lemah, dan jgnlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah org2 yg paling tinggi darjatnya, jika kamu org2 yg beriman."
- Surah Al-Imran ayat 139

KITA BERTANYA : BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA?
QURAN MENJAWAB

"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan) , dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah (be fearfull of Allah The Almighty) kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai kemenangan). "

KITA BERTANYA : BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA?
QURAN MENJAWAB

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk"
- Surah Al-Baqarah ayat 45

KITA BERTANYA : APA YANG AKU DAPAT DRPD SEMUA INI?
QURAN MENJAWAB

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari org2 mu'min, diri, harta mereka dengan memberikan syurga utk mereka....
- Surah At-Taubah ayat 111

KITA BERTANYA : KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?

QURAN MENJAWAB
"Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari Nya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal. "
- Surah At-Taubah ayat 129

KITA BERKATA : AKU TAK DAPAT TAHAN!!!
QURAN MENJAWAB
"... ..dan jgnlah kamu berputus asa dr rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dr rahmat Allah melainkan kaum yg kafir."
- Surah Yusuf ayat 12

Thursday, June 24, 2010

Menghindari Budaya Mengampu


BAGI merealisasikan hasrat kerajaan yang mahukan kakitangannya bersih rasuah, beramanah dalam tugas dan cekap menguruskan kerja, sudah tibalah masanya kakitangan awam menghindarkan diri daripada mengamalkan budaya negatif.

Ini termasuklah budaya mengampu, diampu dan makan ampu yang memang telah sinonim dengan aspek negatif dalam aplikasi persekitaran organisasi.

Budaya mengampu dalam organisasi bukanlah isu baru dalam pembudayaan kerja malah telah begitu lama menjadi amalan praktik warga kerja yang melihat mengampu sebagai satu taktik dan teknik untuk menuju ke puncak kejayaan dalam kerjaya mereka.

Budaya mengampu akan terus wujud selagi wujudnya individu yang menggunakan ampu sebagai senjata untuk mendapat ganjaran yang dikehendaki dan sikap orang yang hendak diampu itu membenarkan aksi mengampu itu diteruskan kerana ada keperluan untuk mendapat habuan daripada si kaki ampu.

Setiap pekerja mempunyai pelbagai objektif yang hendak dicapai dalam pekerjaan mereka dan setiap kehendak untuk pencapaian itulah yang akan menjurus kepada perlakuan untuk mengampu dan diampu. Apabila memperkatakan mengenai budaya mengampu ini, aspek utama yang diperkatakan adalah siapa yang hendak diampu, bagaimana untuk mengampu, mengapa perlu mengampu dan implikasi dari mengampu itu?
Tidak ada pekerja yang hendak mengampu jika dengan mengampu itu tidak membawa apa-apa ganjaran kepada dirinya. Persoalan-persoalan mengenai mengampu perlu dilihat satu persatu dalam usaha untuk memahami dan mengambil panduan mengenai kemampuan sesebuah organisasi itu mengekang budaya mengampu dari terus bertapak kukuh dalam organisasi.

Seseorang pekerja itu hanya akan mengampu individu atau kumpulan kerja yang boleh memberikan ganjaran yang diharapkan oleh mereka hasil daripada sikap mengampu itu. Siapakah yang hendak diampu? Sudah tentu mereka yang mempunyai kuasa yang boleh dimanfaatkan oleh kaki ampu.
Individu yang hendak diampu pula biasanya memiliki kuasa hierarki. Golongan ini mempunyai kedudukan dalam organisasi yang boleh memberi faedah kepada kaki ampu seperti jawatan-jawatan penting dalam dalam organisasi.

Kuasa hierarki itu akan membuatkan warga "semut" terus menghurungi "gula" yang dipercayai akan dapat merasai nikmat kemanisan "gula" tanpa mengetahui akan bahaya manisnya "gula" tersebut.

Kuasa ganjaran pula adalah keupayaan seseorang itu untuk mempengaruhi orang lain dengan mengawal peruntukan ganjaran dan memberi kesan positif atau negatif daripada pengawalan itu. Disebabkan kuasa ganjaran yang dimiliki oleh individu dalam organisasi itulah membuatkan warga kerja yang inginkan ganjaran merasakan bahawa mereka perlu mengampu untuk memperoleh ganjaran positif dan menggelakkan ganjaran negatif.

Kuasa hukuman adalah kuasa yang dimiliki oleh individu dan dengan kuasa itu individu berkaitan boleh melaksanakan hukuman atau mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan hukuman ke atas individu yang melakukan kesalahan dan yang berkaitan. Individu yang memiliki kuasa ini dalam organisasi amat ditakuti kerana dengan adanya kuasa ini boleh mempengaruhi keputusan yang membawa kegagalan kerjaya seseorang pekerja seperti penurunan pangkat, menurunkan penilaian prestasi, menyekat pertumbuhan kerjaya dan sebagainya.

Dengan yang demikian, kaki ampu akan sentiasa berbuat apa sahaja yang diinginkan oleh mereka yang memiliki kuasa bagi menggelakkan hukuman yang telah, sedang atau akan dilakukan pada masa hadapan. Pepatah kaki ampu iaitu "menabur baja dahulu, menuai hasil kemudian" inilah yang menjadikan budaya ampu-mengampu ini tidak "lekang dek panas dan tidak pupus dek hujan" dalam organisasi.

Kuasa rujukan pula adalah kuasa yang boleh mempengaruhi orang lain untuk menggunakan rujukannya sebagai tanda penilaian yang positif untuk orang yang dirujuk. Jika positif rujukan yang diberikan kepada individu yang hendak dirujuk, maka positiflah hala tuju kerjaya orang yang menerima rujukan tersebut dan sebaliknya. Disebabkan itulah maka orang yang mempunyai kuasa rujukan sentiasa diberi perhatian dan pujian oleh mereka yang memerlukan rujukan individu berkaitan untuk kejayaan masa depan mereka.

Jenis kuasa yang dimiliki oleh individu dalam organisasi memberi impak kepada budaya ampu mengampu ini. Semakin kuat kuasa yang dimiliki oleh individu dalam organisasi itu, semakin kuat dirinya diampu oleh individu yang memangnya menjadikan mengampu itu sebagai umpan untuk terus "naik lif" dan bukan lagi "naik tangga".
Soalan bagaimana untuk mengampu penting kepada si kaki ampu kerana dengan meletakkan falsafah "di mana ada usaha, di situlah ada kejayaan" "sedangkan gunung sanggup ku daki, inikan pula tangga dua kali", telah menjadikan taktik mengampu sebagai satu rutin harian bagi melancarkan pekerjaannya.

Secara terasnya kaki ampu hanya bijak menggunakan pelbagai teknik dan taktik untuk mengampu. Manakala yang hendak diampu itu hanya mampu untuk menunggu habuan-habuan yang akan diterima. Beberapa taktik yang digunakan oleh kaki ampu untuk mengampu telah "menyemarakkan" lagi situasi "memberi dan menerima" yang akhirnya menuju kepada budaya rasuah. Bagaimana untuk mengampu? Banyak caranya dan bergantung kepada besar atau kecilnya "permintaan" kaki mengampu ini, antaranya dengan memberikan hadiah-hadiah yang menjadi kesukaan mereka yang hendak diampu.

Mengapa perlu mengampu? Soalan ini tidak susah untuk dijawab kerana selagi ada kehendak dan keperluan individu yang hendak dicapai, selagi itulah seseorang itu perlu mengampu. Mengapa perlu mengampu? Jawab si kaki ampu, mengampu itu perlu untuk mendapatkan ganjaran yang mereka kehendaki dengan sedikit keupayaan yang mereka ada.

Selalunya si kaki ampu ini adalah mereka yang tidak banyak memiliki kriteria yang boleh memberi kejayaan pada mereka. Ada juga si kaki ampu ini terdiri daripada mereka yang sentiasa inginkan perhatian dan kejayaan demi kejayaan tanpa perlu melalui banyak rintangan.

Thursday, May 20, 2010

'M'sia bukan masyarakat judi'

 Oleh: Dr Mohd Asri Zainul Abidin

Kenyataan Timbalan Menteri Kewangan Datuk Awang Adek Hussein bahawa kerajaan pusat mempertimbangkan untuk mengeluarkan lesen judi sempena Piala Dunia 2010 demi mengelakkan berleluasa kegiatan judi haram adalah satu kenyataan yang memalukan dan amat menyalahi cara fikir yang lurus.
Saya ingin tegaskan hal ini berasaskan perkara berikut:

1. Dari segi Islam adalah menjadi asas bahawa 'tindakan pemerintah terikat dengan maslahah'. Maslahah dalam konteks ini adalah kepentingan atau kebaikan rakyat dan negara itu sendiri.
Ini seperti juga yang disebut oleh al-Imam al-Syafi'i r.h: “Kedudukan pemerintah di sisi rakyat bagaikan kedudukan penjaga anak yatim” (lihat: Al-Sayuti, al-Asybah wa al-Nazair).
Apakah memberikan lesen judi itu memberikan kebaikan atau mempunyai kepentingan umum rakyat? Atau ia hanya kepentingan segelintir taukeh dan kaki judi semata?
Jika ia tidak memulangkan kepentingan umum atau kebaikan kepada rakyat maka itu bukan tindakan pemerintah yang bertanggungjawab.

2. Tidak dinafikan judi dan arak memang mempunyai keuntungan dan beberapa manfaat untuk pihak-pihak tertentu.
Namun, ancaman dan bahayanya jauh lebih besar dibandingkan manfaat yang bakal diterima.
Al-Quran menyebut: (maksud) “Mereka bertanya engkau (wahai Muhammad) tentang arak dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya ada dosa (keburukan) yang besar dan manfaat kepada manusia.
Namun dosa (keburukan) keduanya lebih besar dari manfaatnya” (Surah al-Baqarah ayat 219).
Maka dengan itu, sekadar untuk digunakan cukai judi berkenaan untuk kegiatan sukan bukan satu alasan. Kerosakan judi lebih besar dari manfaat yang akan diterima.
Membiayaan untuk membaikinya nanti jauh lebih tinggi.

3. Judi sama ada 'dilesenkan' atau tidak dilesen keburukannya sentiasa dominan.
Ia menyebabkan pembaziran tanpa sebab, sikap bergantung nasib tanpa kewarasan, merosakkan keluarga, menimbulkan tabiat suka berhutang, membawa kepada kejatuhan ekonomi individu secara mengejut, ketagihan tabiat buruk tersebut yang luar biasa dan berbagai lagi keburukan yang lain.
Akal waras manusia dari semua aliran agama dan masyarakat, bahkan yang tidak beragama pun tetap menyatakan judi selalu merosakkan masyarakat.

4. Jika pun judi itu untuk masyarakat bukan Islam, saya tetap katakan masyarakat Malaysia bukan masyarakat judi.
Tiada ajaran mana-mana agama yang menggalakkan judi. Tiada siapa pun dalam mana-mana bangsa atau agama dalam negara ini sanggup untuk mendakwa 'judi adalah budaya kami', atau 'kebanggaan hidup kami'.
Jika ada, itu terkeluar dari norma kewarasan. Tiada isteri yang normal sukakan suaminya kaki judi.
Maka, jangan kaitkan atau hidupkan budaya ini secara terbuka dalam masyarakat kita. Kaki judi sentiasa dipandang negatif dalam semua masyarakat yang rasional.

5. Judi akan menggalakkan tabiat berhutang dan pergaduhan. Sama ada diberi lesen atau tidak, tetap sama.
Hutang along atau hutang bank, tetap bebanan hutang.
Jika diberi lesen terbuka, yang tertutup tetap berjalan seperti biasa. Itu bukan alasan yang munasabah.

6. Peranan pemerintah adalah mencegah keburukan, bukan menaja atau bersaing dengan penjenayah. Cadangan tersebut hanya mengubah 'tauke' sahaja dari yang berlesen kepada yang tidak berlesen.
Apakah nanti mungkin kita akan wujudkan tempat 'hisap candu berlesen' untuk mengelakkan penagih candu menghisapnya di tempat yang tidak berlesen?
Jangan fikir lesen dan cukai keuntungan sahaja, kerajaan hendaklah berfikir kesan yang akan menimpa rakyat nanti!

Maka, saya sekali lagi membantah cadangan ini dan meminta semua rakyat Malaysia yang waras dan mempunyai nilai-nilai agama dan moral membantah cadangan ini!

Sumber: http://www.malaysiakini.com/columns/131353

Wednesday, April 28, 2010

BERIBADAH MENERUSI POLITIK

Oleh Muhamad Razak Idris
Tersiar di Berita Harian: 20 April 2010, Selasa


DALAM Islam, segala amalan dan perbuatan adalah ibadah apabila dilakukan secara ikhlas untuk memperoleh keredaan Allah dan disempurnakan mengikut aturan atau tatasusila nilai yang mulia. Menerusi kacamata ini, berpolitik ialah satu bentuk amalan atau perbuatan yang dikategorikan sebagai ibadah jika pembabitannya dilakukan dengan penuh ikhlas dan berakhlak.

Kedudukan kegiatan berpolitik dalam struktur nilai ibadah dalam Islam amat tinggi. Kedudukan yang tinggi ini disebabkan kepentingan peranannya menentukan kesejahteraan urus tadbir sesebuah masyarakat.
Satu daripada urusan terpenting dalam kegiatan politik ialah fungsinya sebagai saluran atau wahana menentukan tonggak kepimpinan sesebuah masyarakat. Oleh itu, dalam sejarah tamadun Islam, urusan berpolitik dalam konteks memilih dan menetapkan kepemimpinan dalam sesebuah masyarakat perlu didahulukan daripada urusan lain apabila berlaku kekosongan kepemimpinan akibat kematian atau peralihan.

Dalam hal ini, barangkali kita selalu mengikuti perbahasan dalam sejarah awal Islam setelah kewafatan Nabi Muhammad, masyarakat Islam mendahulukan majlis untuk memilih pemimpin baru atau khalifah sebelum baginda dikebumikan. Semangat kepentingan terhadap urusan ini juga dapat dilihat dalam amalan pemerintahan Islam sehingga hari ini.

Kenapakah urusan politik atau tugas memilih pemimpin begitu mustahak dalam kehidupan? Pemimpin adalah keperluan asasi sesebuah masyarakat. Peranan pemimpin amat besar dan tanggungjawabnya berat. Masyarakat memerlukan pemimpin kerana mereka memerlukan seseorang yang boleh dipercayai bagi memastikan urusan kehidupan seharian seperti hal ehwal keselamatan, sumber makanan dan kebajikan sentiasa terjamin. Adalah menjadi peranan dan tanggungjawab pemimpin, apabila terpilih untuk menjaga segala urusan kehidupan ini secara bijaksana dan amanah.

Oleh itu, dalam beberapa perbahasan mengenai takrif politik, sebahagian sarjana menyatakan politik ialah satu bentuk seni kepemimpinan bagi mengatur dan mengurus percaturan hidup sesebuah masyarakat. Oleh demikian, tugas seorang pemimpin meliputi tanggungjawab mengendalikan seluruh urusan kehidupan masyarakatnya secara hikmah dan berseni bagi memastikan setiap warga mendapat ruang saksama dan berpeluang maju serta bangkit membangun secara berterusan.

Justeru, beberapa perbahasan dalam teks klasik oleh sarjana Muslim berkaitan kepemimpinan, kriteria yang amat ketat diletakkan untuk memilih seseorang pemimpin masyarakat. Sarjana seperti al-Farabi menyatakan, seseorang pemimpin itu perlu memiliki watak mulia dan terpuji, kebijaksanaan yang tinggi, ikhlas dan beramanah selain bertanggungjawab dan memiliki tahap kerohanian berkualiti.

Dengan memiliki watak dan ciri kepemimpinan ini, seseorang pemimpin itu akan berupaya membawa masyarakatnya menuju kesejahteraan dan kemakmuran. Oleh itu, adalah menjadi tanggungjawab rakyat untuk memilih kepemimpinan terbaik yang mampu mengurus tadbir percaturan kemasyarakatan dan kenegaraan secara adil serta saksama.

Di negara ini, proses memilih pemimpin harus melalui kegiatan berpolitik. Sejak merdeka, kita bersepakat menerima sistem demokrasi sebagai cara memilih pemimpin masyarakat dan negara. Menerusi sistem ini, semua orang yang merasakan dirinya layak hendaklah mencalonkan dirinya menerusi sebuah institusi pemilihan yang dikenali sebagai Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR). Seseorang yang ingin mencalonkan diri sebagai pemimpin boleh melakukan sama ada secara individu atau menerusi parti politik berdaftar secara sah. Bagi memperoleh sokongan pula, setiap calon perlu berkempen untuk meraih undi dalam pilihan raya.
Seperti dijelaskan sebelum ini, politik adalah satu bentuk ibadah yang tertinggi daripada perspektif agama. Bagi tujuan memastikan segala amalan menerusi kegiatan politik dinilai sebagai satu bentuk ibadah di sisi agama, kita ingin menganjurkan beberapa tatasusila berikut dipatuhi.

Pertama, hendaklah mengikhlaskan diri kepada Allah iaitu dengan menyedari bahawa pembabitan kita dalam kegiatan politik bertujuan menyempurnakan ibadah kepada-Nya iaitu bagi menjalankan tugas memilih pemimpin terbaik untuk masyarakat dan negara.

Kedua, hendaklah menjaga tatasusila akhlak dan etika dalam berpolitik. Dalam hubungan ini, kita hendaklah mengelakkan daripada terjebak perbuatan bertentangan dengan prinsip akhlak Islam seperti menipu, merasuah, mencerca, mengaibkan, memfitnah dan menjatuhkan maruah orang lain dalam kempen politik sama ada menerusi ucapan mahupun tulisan.

Ketiga, hendaklah menjaga hubungan silaturahim dan ukhwah sesama kita sepanjang berpolitik. Kita jangan bermusuhan sehingga kepada pergaduhan dan menyakiti hati dan perasaan orang lain. Tugas menjaga kesatuan dan perpaduan masyarakat dan Ummah juga adalah satu bentuk ibadah yang tertinggi menurut perspektif agama yang perlu dijaga oleh kita semua.

Keempat, hendaklah berlaku adil dalam memberi ruang yang saksama kepada semua pihak dalam berpolitik. Semua calon perlu diberikan hak mereka dalam menyampaikan hasrat dan cita kepemimpinannya untuk dinilai oleh masyarakat. 

Kelima, rakyat hendaklah memilih calon terbaik yang mampu mewakili inspirasi politik yang terbaik untuk negara kita. 

Keenam, hendaklah reda dengan keputusan pemilihan yang diputuskan secara bersama oleh seluruh pengundi yang layak dilaksanakan secara telus, adil dan saksama.

Ketujuh, hendaklah bersatu selepas pemilihan dan memberi sokongan tidak berbelah bagi kepada pemimpin terpilih. Pemimpin terpilih hendaklah menjalankan amanah kepemimpinannya tanpa pilih kasih antara rakyat.

Dengan memenuhi tatasusila dan etika politik ini, amalan dan kegiatan politik kita akan terhitung sebagai sebahagian dari nilai ibadah kepada Allah.

Wednesday, April 7, 2010

GEJALA SOSIAL SEMAKIN MEMBIMBANGKAN

(Tersiar di Berita Harian, 25 Mac 2010)


Dalam kita berasa gembira melihat peningkatan kesedaran terhadap kehidupan beragama di negara ini seperti terjelma di dalam pelbagai bidang kehidupan, pada masa sama, ruang ‘gelap’ kehidupan yang bertentangan dengan nilai ajaran agama bertambah meluas. Peningkatan jumlah anak luar nikah ialah antara petanda ruang gelap itu yang menunjukkan kegiatan perzinaan semakin berleluasa dan tidak terkawal lagi.

Persoalannya, kenapa gejala ini berleluasa dan bagaimanakah kita boleh mengekang peningkatannya? Secara umum, gejala ini adalah antara kesan negatif perkembangan masyarakat terbuka hari ini.

Penularan budaya hidup bebas dan penyebaran bahan bacaan dan tontonan yang bercorak tidak senonoh merapuhkan lagi identiti masyarakat terutama sebahagian muda mudi yang terhakis jati dirinya. Globalisasi budaya hidup yang bercorak hedonisme nampaknya merobek benteng nilai agama dan ketimuran yang tinggi masyarakat kita.

Kedapatan daripada kalangan anggota masyarakat yang mempersoalkan mengenai tahap keberkesanan pengajaran agama Islam pada peringkat rendah dan menengah di dalam membangun jati diri masyarakat. Kita ingin menyatakan iaitu, proses pembentukan jati diri tidak hanya tergantung kepada pendidikan agama formal yang diterima oleh seseorang pelajar pada peringkat sekolah. Memang ia antara faktor yang teras. Namun, faktor persekitaran seperti keadaan kehidupan keluarga dan suasana sosial dan budaya masyarakat juga faktor penting yang mempengaruhi arah pembentukan jati diri seseorang individu.

Tanpa menafikan keperluan terus menilai keberkesanan pendidikan agama dan moral pada peringkat sekolah, penelitian terhadap perkembangan persekitaran sosial dan budaya juga harus diperhalusi di dalam usaha kita mengenal pasti punca kepada permasalahan yang sedang berlaku secara keseluruhan. Di dalam erti kata lain, kehidupan harus ditanggapi di dalam sifatnya yang bercorak organik iaitu saling berkait antara satu dengan lain. Sesuatu permasalahan tidak mungkin disumbangkan oleh satu-satu faktor saja, tetapi meliputi pelbagai aspek kehidupan. Langkah jangka pendek atau penyelesaian segera dan langsung juga wajar juga dikemukakan.

Langkah dan usaha pengupayaan kepemimpinan pada peringkat institusi keluarga dan sosial wajar dilakukan dengan kadar segera. Proses pengupayaan ini bermaksud antara lain meningkatkan kesedaran keluarga di dalam mengawal perkembangan ahli rumah tangga daripada terjebak di dalam kegiatan tidak bermoral. Hal ini meliputi langkah pengukuhan kepemimpinan rumah tangga dan mengenal pasti institusi keluarga yang bermasalah untuk diberikan sokongan langsung.

Langkah ini menuntut kepada usaha pengupayaan institusi sosial setempat. Di dalam konteks masyarakat Melayu, pengupayaan institusi masjid dan surau amat penting sekali. Di samping itu ialah penggemblengan pertubuhan dakwah, wanita, belia dan perniagaan. Malah di dalam konteks ini, rangkaian pergerakan politik terutama pada peringkat cawangan atau cabang harus digembleng secara saksama bagi mengekang permasalahan ini. Semua peringkat individu dan institusi harus bergerak serentak dan sehaluan serta menanggapi permasalahan ini sebagai satu cabaran dan kepentingan bersama.

Barangkali salah satu daripada langkah segera yang boleh dianjurkan bagi mengekang permasalahan ini juga ialah dengan mempermudahkan urusan perkahwinan di kalangan muda mudi. Hal ini menuntut persefahaman langsung daripada ibu bapa. Dalam erti kata lain, ibu bapa harus menggalakkan anak berkahwin lebih awal setelah memenuhi tahap umur yang diizinkan sekiranya didapati pergaulan mereka boleh membawa kemudaratan. Di dalam keadaan ini, adat yang menghambat perkahwinan hendaklah dipermudahkan.

Usaha menggalakkan perkahwinan awal bagi golongan muda-mudi perlu didukung oleh institusi agama dan sosial. Di dalam hal ini, kita ingin menganjurkan supaya program perkahwinan secara beramai-ramai atau juga dikenali sebagai ‘nikah jamaie’ dibudayakan di dalam masyarakat kita. Menerusi program ini, pasangan muda-mudi yang sudah bersedia mendirikan rumah tangga dinikahkan dan diraikan secara beramai-ramai di dalam satu majlis yang didukung oleh institusi masyarakat. Program ini akan menjimatkan perbelanjaan urusan perkahwinan, dan di dalam masa yang sama penuh dengan kenangan dan kemeriahan.

Pandangan ini bersifat umum, namun memadai bagi menimbulkan sikap peduli dan prihatin kita semua di dalam menanggapi permasalahan baru masyarakat ini. Banyak lagi perkara yang perlu dibahaskan berkaitan dengan hal ini seperti keperluan kita memahami psikologi muda-mudi hari ini, menilai saluran penyebaran nilai agama dalam masyarakat dan tuntutan usaha menambah baik sistem sokongan sosial bagi pembangunan keluarga dan belia secara menyeluruh. Perbincangan semua hal ini amat penting di dalam usaha menangani dan mengekang gejala peningkatan anak luar nikah dan memastikan struktur sosial kita kembali utuh pada masa akan datang.

Tuesday, March 16, 2010

Gagasan ilmu perlu dalam kebudayaan, tamadun


Oleh Dr Zaini Ujang
BUDAYA ilmu adalah antara teras konsep 1Malaysia yang diperkenalkan Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Razak. Menerusi budaya ilmu, masyarakat Malaysia berpotensi menjadi lebih dinamik, bermaruah, berinovasi dan berdaya saing. Antara program pengisian utama budaya ilmu ialah tradisi menghargai sumbangan dan meneladani tokoh ilmuwan. Tradisi ini sangat penting bukan kerana tokoh ilmuwan wajar diberi penghormatan kerana ketokohannya tetapi sumbangan dalam memajukan masyarakat menerusi komitmen dan pengembangan ilmu. Realitinya tokoh ilmuwan sering kali tidak difahami apatah lagi diiktiraf masyarakat sewaktu hayatnya. Malah kebanyakan tokoh ilmu seperti Imam Malik, Ibnu Taymiyyah, Syeikh al-Mutawalli Sya'rawi, Hamka, Galileo Galilei, Leonardo da Vinci dan sebagainya pernah dipenjara kerana komitmen yang ditunjukkan oleh mereka terhadap ilmunya. Masyarakat biasanya lebih nampak dan takjub dengan pemaparan luaran dan sumbangan berbentuk material yang sering mengelirukan. Apatah lagi jika individu itu mempunyai harta, aura dan penonjolan media yang menyerlah. Kalau hartawan, kita nilai kedermawanannya. Kalau penguasa, kita nilai keadilannya. Kalau pujangga, kita nilai kehalusan citranya. Dan kalau sarjana, kita nilai tahap hikmahnya.

Justeru, pada 23 Februari lalu, Universiti Teknologi Malaysia (UTM) menganjurkan majlis pelancaran buku Knowledge, Language, Thought and the Civilization of Islam: Essays in Honour of Syed Muhammad Naquib Al-Attas oleh Raja Muda Perak, Raja Nazrin Shah. Buku suntingan Wan Mohd Nor Wan Daud dan M Zainiy Uthman itu adalah kumpulan 22 makalah tulisan 24 sarjana antarabangsa dalam menilai sumbangan serta pemikiran Prof Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Dalam titahnya, Raja Nazrin menghargai sumbangan Syed Naquib sebagai ‘insan istimewa, memiliki watak intelek, jiwa intelek, daya intelek dan roh intelek seorang Muslim, perintis dalam mempelopori idea mengIslamkan ilmu’. Selain itu, Raja Nazrin berkenan mengupas isi buku itu secara intelek dan memperihalkan pengalaman bersama Syed Naguib dalam satu pertemuan selama dua jam ketika beliau menjadi Pengarah di Institut Antarabangsa Pemikiran dan Tamadun Islam (ISTAC).


Titah Raja Nazrin lagi, pertemuan singkat yang satu-satunya itu - ‘berjabat tangan, bertentang mata, disusuli dengan renungan kata dan perbualan kata’ - memberi nilai baru akan erti dan makna pertemuan ‘bahawa pertemuan bernilai itu tidak memerlukan masa yang lama.’


Secara peribadi, Islam Dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu (1972) adalah karya Syed Naquib yang pertama saya baca. Ketika itu, saya masih mahasiswa jurusan kejuruteraan kimia yang kehausan idealisme. Awalnya memang sukar memahami pemikiran menerusi laras ilmu bahasa tinggi Syed Naquib. Perenggan pertama halaman pertama saja mengambil masa lebih setengah jam untuk saya berjinak-jinak dengan pelbagai istilah dan nama besar seperti Voltaire dan Macaulay; dan mengenai pengalaman Gulliver di negeri Brobdingnag yang didiami manusia tinggi dan besar seperti raksasa. Tidak tepat jika saya membicarakan ketokohan Syed Naguib kerana Prof Wan Mohd Nor dan Dr Zainiy Uthman lebih layak, akrab dan simbiotik. Saya sekadar melahirkan rasa syukur kerana dalam hidup saya sempat mengenali dan cuba berdampingan dengan seorang tokoh ilmuwan tempatan - dan sempat turut sedikit sebanyak terbabit menerbitkan buku menghargai sumbangan keilmuannya - yang mendapat perhatian dan sanjungan antarabangsa. Sumbangan Syed Naquib cukup bermakna bukan saja menjelaskan konsep dan asas pemikiran mengenai tema besar kehidupan, seperti Islam sebagai satu cara hidup, sejarah dan kebudayaan Melayu, pendidikan, sains, kemajuan, pembangunan, tamadun dan seumpamanya; tetapi turut terbabit dalam penubuhan pelbagai institusi berteraskan ilmu seperti Institut Bahasa, Kebudayaan dan Kesusasteraan Melayu, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dan ISTAC.


Beliau juga antara pemikir ulung yang terawal membicarakan gagasan pengislaman ilmu dan universiti Islam yang berteraskan kepada konsep ilmu yang tidak bersifat bebas-nilai. Gagasan dan perkembangan ilmu mestilah selaras dengan sesuatu pandangan hidup, kebudayaan dan tamadun. Justeru cendikiawan Muslim dan institusi pengajian tinggi bertanggungjawab menyebarkan ilmu berasaskan pandangan hidup Islam. Inilah yang memperkuatkan jati diri dan idealisme umat Islam mengharungi pelbagai proses dalam membangunkan negara dan tamadun; dan sebagai perisai menghadapi gelombang globalisasi. Program pelancaran buku menghargai Syed Naguib oleh Raja Nazrin meninggalkan impak tersendiri kerana menyedarkan kita mengenai resam budaya ilmu yang sentiasa memuliakan kesarjanaan dan memartabatkan ilmuwan yang mempunyai pelbagai pandangan, idea dan gagasan yang kadangkala tampak sedikit percanggahan. Tetapi itulah hakikat perkembangan ilmu yang semakin subur dengan sifat kepelbagaian dan kerencaman.


Dalam konteks kenegaraan, Raja Nazrin bertitah: “Kejatuhan sesebuah negara bermula dengan kemunduran negara disebabkan budaya dan persekitaran politik yang membunuh perkembangan intelek kerana sifat takut dan gentar pimpinan yang sedang berkuasa yang merasakan kedudukan mereka mungkin tercabar... Pimpinan yang stabil dan negara yang maju senantiasa memilih pendirian untuk mendampingi dan bekerjasama dengan ilmuwan dan menyediakan persekitaran politik yang tidak memusuhi kumpulan ilmuwan.”


Sumber: Utusan Malaysia